MANAJEMEN SAKIT HATI

Tantangan Menulis Hari Keempat – Batch Kedua

Oleh: Bernardus Ari Kuncoro

Apakah Anda sering mendengar kata ‘manajemen’? Apa yang terlintas di pikiran Anda terkait dengan kata tersebut? Mengapa ya, muncul istilah itu?

Hasil permenungan saya, ‘manajemen’ itu muncul, karena kebutuhan akan pengaturan kompleksitas. Perlunya tata kelola. Jika tidak diatur, akan ruwet. Acak kadut. Lantas, ujung-ujungnya chaos. Ada pihak yang merasa kurang puas.

Dan, yang saya amati, kata-kata yang mengikuti tembung ‘manajemen’ ini cenderung berupa hal-hal yang rumit.

Saya pilih tiga kata ruwet dan dekat dengan yang saya alami beberapa bulan terakhir, yaitu manajemen waktu, data, dan sumber daya manusia.

Pertama, terkait manajemen waktu. Jika waktu yang dikelola hanya dari satu atau dua orang, tentunya masih sederhana dan mudah. Kalau banyak oran, gimana? Atau berhubungan dengan pihak klien yang sulit kompromi karena waktu yang dimiliki terbatas bagaimana? Kebayang ribetnya. Banyak komplain, pastinya. Anda bisa saja membebankan kerja yang berlebih kepada orang lain, atau Anda sendiri akan terbebani gawean yang melebihi kapasitas energi Anda. Ujung-ujungnya apa? Mudah sakit. Mudah tersinggung atau sakit hati, bisa saja.

Kedua, manajemen data. Jika data direkam tanpa adanya aturan, bisa jadi yang disimpan hanya sampah. Sulit untuk dibersihkan. Apa jadinya? Mau bikin insight atau presentasi dengan data internal perusahaan terkait timesheet kemajuan kerja saja sulitnya bukan kepalang. Padahal, tujuan Anda bekerja bukan untuk bikin timesheet, kan? Ujung-ujungnya kalau tidak dikelola bagaimana? Frustrasi. Ngapain sih, mesti gini? Sakit hati lagi. Hihi.

Manajemen sumber daya manusia. Ini yang paling sulit dan runyam. Apalagi berkaitan dengan perasaan karyawan. Di mana keinginan orang akan dihargai itu sudah pasti bawaan dari lahir. Bentuknya bisa berupa gaji, recognition, ketepatan janji, dan lain sebagainya. Anak saya yang usia lima saja sangat senang jika diberikan apresiasi setelah melakukan sesuatu. Apalagi orang dewasa. Jika Anda pernah punya wewenang mengelola sumber daya manusia, Anda mesti paham bahwa bidang ini adalah prioritas. Kalau Anda menunda-nunda dan menurunkan prioritas, besar kemungkinan Anda ‘sakit hati’, karena mereka keburu kecanthol yang lain. People churn, kalau istilah use case di proyek data science.

Jika Anda perhatikan, ketiga manajemen yang saya bahas di atas di atas bermuara pada satu hal, yaitu perawatan emosi. Agar hati setiap insan tidak sakit. Perlu adanya empati dan eksekusi ekstra teliti. Sebagai makhluk Tuhan yang ditakdirkan punya ’emosi’, segala bentuk perasaan pasti akan selalu muncul. Levelnya mungkin berbeda-beda bagi tiap orang.

P.S. Tulisan ini terinspirasi dari salah satu Blinkist hari ini yang mengangkat buku berjudul ‘emotional first aid.‘ karya Guy Winch, Ph.D. Di dalamnya, Anda sebaiknya mencari bantuan orang lain (dalam hal ini professional helps seperti psikolog atau psikiatri), jika dibutuhkan. Sumbernya sakit hati bisa macam-macam, seperti kejadian kehilangan (baik orang tersayang ataupun barang), kegagalan, penolakan, dan perasaan bersalah. Mengapa manajemen sakit hati ini perlu? Karena kalau tidak dikelola, akan memengaruhi kualitas hidup dan relasi Anda dengan sesama. Menurut tulisan ini, relasi sangat signifikan menentukan kebahagiaan Anda.

It’s OK to be not OK. But if you are not OK, please seek professional help.

20 Relatable Quotes From "It's Okay To Not Be Okay" That Will Stick With Us  Forever - Koreaboo
Salah satu quote dari Drama Korea yang berjudul “It’s OK to be not OK”

Salam sehat dan bahagia!

Kalideres, 3 April 2021

Wanna support me?

Follow by Email
LinkedIn
Share