MENDADAK LAHIRAN (2/2)

203

Oleh: Bernardus Ari Kuncoro

Saya lantas menelepon dokter Johnny.

“Hello Ko Johnny, maaf Ko, ganggu. Ini tetangga sebelah ku persis, pembantunya lahiran di rumah. Baru aja. Bisa diundangin Bidan atau gimana ya Ko baiknya?” Tanya saya.

“Kondisinya gimana?” Tanya nya.

“Udah lahir Ko.” Jawab saya.

“Oh, OK. Bawa aja ke rumah sakit umum dekat sini. Lalu nanti biar ditangani di sana.”

Singkat cerita, istri saya langsung menuju rumah tetangga kami, setelah mengenakan sarung tangan medis dan masker.

Lantas saya menuju ke tempat tersebut. Letak kamar Asisten Rumah Tangga ini berada di lantai kedua. Jadi harus naik tangga sekali.

Saya melihat darah di seikitar kasur dan kamar berukuran 2×2 meter itu. Istri saya memeriksa bayinya. Jenis kelamin perempuan. Saya pun melihat saluran makanan bayi (umbilical cord) yang belum putus dari badan ibunya.

Saya telepon kembali dokter Johnny dan memberikan istri saya berbicara langsung. Setelah beberapa percakapan singkat, yang sebagian besar tidak saya pahami artinya, karena istilah-istilah kedokteran. Kami semua menyepakati bahwa kita mesti bawa segera ke RSUD Kalideres.

Saya sarankan Pak Riyan menyiapkan mobil untuk dibawa ke rumah sakit. Saya dan Kiran mengikuti dengan mobil yang lain. Istri saya menemani si ibu dan bayi. Sementara istri dari Pak Riyan tetap di rumah bersama anaknya yang baru berusia 1 tahun.

Well, kondisi bayi baru lahir yang masih bersimpah darah. Kondisi ibu juga yang menahan sakit akibat melahirkan. Membuat keadaan ini seperti yang di film-film atau sinetron.

Kata istri saya, turun tangga dari kamar juga proses yang mengerikan. Dia sempat menyaksikan satu gumpalan darah besar keluar mak ceplok ke lantai.

Masuk ke dalam mobil juga demikian. Untungnya, mobil yang tersedia adalah mobil sejenis van yang bisa ‘rata’ dan dapat digelari dengan karpet di bagian belakang supir.

Kira-kira pukul 4.30 sore kami semua, termasuk si jabang bayi yang baru berusia beberapa menit lahir, sampai di Rumah Sakit.

Kondisi saat istri saya dan dua petugas kesehatan membantu menurunkan sang jabang bayi dan ibunya

Kira-kira satu s.d. dua jam saya dan Kiran stay di luar rumah sakit. Istri saya di dalam kamar untuk menemani Mbak D, sang ibu, untuk dilakukan perawatan. Seperti proses jahit menjahit, dan perawatan bayi.

Akhirnya lega, karena bayi dan ibunya selamat.

Tuhan telah membuat kejadian one in a million chances ini happy ending.

Asuransi BPJS Kesehatan akhirnya bisa dipakai untuk menebus perawatan, setelah ada verifikasi drama-drama yang tidak bisa saya ungkapkan di sini.

Keesokan harinya kami melihat jabang bayi yang cantik ini. Ibu dan anaknya bisa pulang, hanya semalam saja di rumah sakit.

Bayi baru lahir, belum diberi nama…

Moral of this story: Harus ingat daftar nomor telepon darurat, jika keadaan tersebut terjadi. Saya telusuri, nomor darurat kita adalah 112. Jika mau langsung ke ambulans, nomornya adalah 119.

Sumber: https://layanan112.kominfo.go.id/tentang

Kedua, buat ibu-ibu hamil yang jauh dari sang suami atau orang yang bisa diandalkan, mohon hubungi orang terdekat untuk menemani paling tidak pada trimester ketiga.

Ngeri, cuy…. Saya pun ikut naik adrenalinnya. Di keadaan seperti ini.

Tuhan memberkati dan melindungi kita semua ya!

Kalideres, 2 November 2021

Wanna support me?

Follow by Email
LinkedIn
Share