Tantangan Menulis Hari ke-155
Oleh: Bernardus Ari Kuncoro
Keahlian komunikasi menjadi hal yang paling vital pada siapa pun untuk bertahan hidup di dunia ini. Sejak zaman dulu.
Maka dari itu, banyak alat bantu tercipta. Mulai dari telepon, telegram, komputer, dan internet.
Di atas internet, komputer dan telepon pintar, berbagai macam aplikasi chat bermunculan. Belum lagi social Media. Tool Project Management. Pokoke… uwakeh bianget.
Sistem untuk membuat komunikasi lancar juga semakin hari diperbaiki. Yang lama ditinggalkan. Dulunya GSM, sekarang 5G. Dulunya 128Kbps, sekarang sudah bisa minimal 10MBps. Itu saja udah termasuk lambreta.
Namun, sistem atau alat yang dibuat secanggih apapun, komunikasi lancar tidak akan terjadi jika subyek atau pelakunya tidak mumpuni. Tidak dibekali konsep pelaksanaan komunikasi agar lebih efektif dan efisien.
Sebagai ayah satu anak (saat ini), saya punya mimpi supaya keterampilan komunikasi anak saya cukup baik. Tidak hanya ‘asal bicara’. Tidak cuma ‘asal nyelekop’. Nggak mau dengerin pihak lain. Bisanya cuma nyerocos.
Atau kebalikannya. Diam saja. Tiada kata yang terucap. Malu-malu. Tidak bisa mengungkapkan keinginannya dengan baik. Sehingga menimbulkan frustrasi oleh pihak lainnya.
Well, karena anak saya termasuk usia dini (5.5 tahun), setelah saya kumpulkan beberapa poin dari rumah inspirasi, berikut ini tips yang perlu dipraktikkan dan dipahami oleh para orang tua. Terutama terkait dengan keterampilan dasar komunikasi anak usia dini.
Tips yang pertama. Ajak ngobrol. Tentang apapun. Sebaiknya, topik yang dibicarakan mengenai hal-hal yang disukai oleh anak. Misal, anak suka menggambar. Tanya dia tentang gambar yang dia sudah buat. Mengapa menggunakan warna pink untuk warna kulit. Siapa yang anak gambar. Dan lain sebagainya. Hal ini akan memicu stimulus anak agar lebih mau mengobrol. Selain itu kosakata yang dia serap makin banyak.
Tips yang kedua. Membacakan buku cerita secara lantang. Istilah ‘Jawa’-nya read aloud. Dengan membacakan cerita, sama seperti tips sebelumnya, anak akan mulai terbiasa dengan kata-kata baru. Di samping itu, momen ini akan dinanti-nantikan oleh anak. Bagi yang belum terbiasa, bisa jadi si anak akan bosan di awal. Jika demikian, coba introspeksi apakah buku ceritanya cukup diminati. Atau, intonasi Anda bercerita masih butuh ditingkatkan. Jangan ragu untuk mencari referensi, ya.
Tips yang ketiga. Bermain peran. Mungkin Anda lebih mengenal istilah “role play”. Dengan permainan ini, Anda mengasah imajinasi anak. Kosakata, kalimat-kalimat, dan interaksi pada saat bermain akan menjadi bekal mereka berkomunikasi kelak.
Yuk, mareeee…. Bapak-bapak dan ibu-ibu. Semangat untuk terus memberikan bekal kepada anak-anak kita. Agar mereka makin mumpuni dan terampil dalam hidup.
Kalideres, 3 September 2021