Tantangan Menulis Hari ke-187
Oleh: Bernardus Ari Kuncoro
Sadar. Kosakata ini makin banyak dipakai akhir-akhir ini. Banyak yang mulai bermeditasi atau mengolah napas agar bisa mencapai mindfulness. Tahu diri akan kapasitas masing-masing. Mengerti benar apa kelebihan dan kekurangan diri. Sehingga bisa mencocokkan apa yang bisa diberi. Atau apa yang layak diterima dalam sanubari. Dulu, kegiatan meditasi ini sering aku lakukan ketika mau mulai pentas teater saat ikut ekskul di SMA. Prep namanya. Alias preparation untuk menjalani suatu karakter.
Sementara itu ada satu kata lain yang punya arti mendalam. Coba anda ganti huruf d menjadi b. Jadilah kata ‘sadar’ bertransformasi ke ‘sabar’. Terminologi ini sering dipakai untuk menasihati individu atau kelompok manusia yang sedang marah. Bisa karena kurang suka dengan keadaan saat itu. Bosan dengan di rumah saja. Harus cari suasana baru, tetapi pandemi belum berlalu. Atau kejadian yang diinginkan tidak sesuai angan. Antara harapan dan realita tidak bertemu. Jadi, sing sabar.
Anda pernah merasa kesal? Lalu menyesal. Coba Anda lebih sabar. Lalu baru Anda sadar.
Bagaimana jika kondisinya dibalik?
Anda selalu sadar bahwa Anda harus sabar. Agar tidak menyesal. Sehingga Anda tidak perlu marah.
Anda pilih keadaan yang pertama atau yang kedua?
Well, permainan kata-kata itu mudah. Pelaksanaannya? Jangan lagi ditanya. Sulit, Bung!
Lantas bagaimana? Kesadaran akan kesabaran itu perlu dilatih. Agar nanti tidak mudah tertatih.
Dari yang selalu belajar untuk memilih keadaan yang kedua. Bukan menjadi yang kedua. Emangnya judul lagu?
Kalideres, 3 Februari 2021