Menulis adalah kesukaan saya. Menulis lagu, menulis pengalaman seru, dan menulis kode (programming). Lewat menulis pula, secara tidak disengaja saya diperkenalkan dengan seorang pembaca blog saya yang membantu mendapatkan pekerjaan pertama saya setelah lulus sarjana 6 tahun lalu. Lewat pekerjaan tersebut saya berkesempatan mengunjungi beberapa kota di luar negeri seperti Dhaka (Bangladesh), Bangkok, Singapura, dan bahkan sempat menetap di Manila, Filipina selama 3 tahun. Walaupun utamanya untuk bekerja, di sela-sela kesibukan kerja, saya memanfaatkan waktu untuk jalan-jalan dan bersosialisasi. Itung-itung jalan-jalan keluar negeri gratis. Dapat teman baru. Pengalaman baru. Inspirasi baru.
Di Manila pula saya dipertemukan dengan sang pujaan hati, seorang dokter, perempuan Indonesia, yang sedang melanjutkan studi spesialisnya di sana. Di sana pula akhirnya kami mengikat janji setia kami di hadapan Tuhan. Setelah isteri saya lulus, supaya dapat secara legal menerapkan ilmunya ke pasien, isteri saya harus pulang ke tanah air dan melanjutkan program adaptasi. Sebagai pengantin baru yang lagi anget-angetnya, saya dan isteri bersepakat untuk melanjutkan kehidupan dari Manila di Jakarta. Konsekuensinya, saya harus memulai karir saya di tempat yang baru.
Satu bulan setelah pindah ke Jakarta, saya mendapatkan pekerjaan baru dan mulailah saya bekerja. Di samping bekerja saya juga melanjutkan studi di jenjang S2 di bidang IT. Saya pun lantas memiliki kesibukan ganda, yaitu bekerja dan kuliah. Hari-hari terasa sangat padat. Sibuk sekali. Pergi kerja pagi-pagi, pulang kuliah malam-malam. Karena jarak yang jauh dan tingkat kemacetan yang tinggi, maka minimal 4 jam saya habiskan untuk menyetir di jalanan dan hanya 4-5 jam total waktu tidur saya setiap harinya. Hati saya bergemuruh dan tidak mau seperti ini terus. Saya selalu ingat kata pepatah, kerja untuk hidup, bukan sebaliknya, hidup untuk kerja. Akhir bulan lalu, lewat pertimbangan yang matang baik dari sisi keluarga, finansial, psikologis, dan lain sebagainya, fokus pada kuliah saya pilih. Saya mengundurkan diri dari pekerjaan tetap saya. Profil saya di Linkedin saya ubah dari seorang karyawan menjadi mahasiswa S2, dengan harapan 10 bulan lagi saya lulus dengan lancar dan ilmunya nancep dalam otak dan hati saya dengan baik.
Sehari setelah hari pengunduran diri saya, kabar gembira datang dari keluarga saya. Isteri saya merasakan tanda-tanda kehamilan. Hasil test pack pun menunjukkan positif. Setahun lebih kami telah menanti-nantikan kehadiran buah cinta kami. Akhirnya Tuhan memberikan jawaban pada waktu yang tepat. Hikmahnya, sambil melanjutkan kuliah, saya memiliki waktu cukup untuk keluarga dan menyalurkan kesukaan saya dalam hal menulis. Tidak hanya menulis thesis, paper, atau program, yang merupakan kewajiban seorang mahasiswa IT, tetapi juga menulis apa saja yang berguna bagi banyak orang. Dan, pastinya hal ini saya dedikasikan untuk keluarga saya.
Bagi saya, ‘kerja itu main’ itu ‘tidak main-main’. Ada tiga F, yaitu fokus, fun, dan fleksibel. Fokus pada kesukaan, sehingga saya bisa fun mengerjakannya. Namun itu saja tidak cukup. Kerja juga mesti fleksibel dari sisi tempat, artinya dapat dilakukan di mana saja, apalagi dengan adanya kemajuan teknologi internet dan keadaan transportasi Jakarta saat ini yang sering kali kurang bersahabat. Dengan begitu diharapkan akan muncul tiga S, Senyum, Senang, dan Sukses! Ketiga S ini bukan hanya untuk saya tetapi juga untuk Anda yang telah meluangkan waktu membaca cerita nyata saya ini. Mimpi saya tidak muluk-muluk, saya ingin menulis dan menerbitkan buku yang berguna bagi banyak orang sesuai bidang saya, bidang ICT.
Sukses terus, ya! Terkadang, kita harus mengorbankan satu atau dua hal untuk mendapatkan kesuksesan. Pikirkan dan rasakan baik-baik sebelum melangkah agar tidak menyesal. Dan, jangan pernah menyerah dengan keadaan!
Itu dia ‘kerja itu main’ versi saya. Apa kerja itu main versi kamu?