Oleh: Bernardus Ari Kuncoro
Jumat, 25 Maret 2022. Sore hari pukul empat. Saya dan anak saya, Kirana, turut serta dalam sebuah zoominar membuat puisi. Bersama dengan anak-anak Klub Cerita, Cerdas Literasi Anak.
Kakak Nelly yang menjadi fasilitator mengawali acara dengan perkenalan.
Oiya, kami TIDAK mempersiapkan bahan-bahan membuat es krim, meskipun Kirana sangat ingin sekali membuatnya.
Saya sengaja tidak mengizinkan keluarga saya mengonsumsi yang dingin-dingin, termasuk es krim, terutama saat pandemi. Risiko batuk dan pilek-nya lebih tinggi ketimbang manfaat bahagia ‘sesaatnya’. Apalagi bagi saya yang tidak tahan makanan dingin.
Seperti pengalaman saya tahun lalu di sini, minum coke bersoda saja bikin saya menggigil. Wes tuwo… hohoho. Perasaan saya, dulu waktu masih umur 20-an ke bawah, minum es apa saja tidak masalah.
Acara ini berlangsung kira-kira 1 jam lebih sedikit. Setelah perkenalan, salah seorang kakak fasilitator membacakan puisi yang berjudul Hujan. Lalu Kak Gema menyanyikannya dengan iringan piano.
Membuat Puisi
Setelah itu, Kak Gema dan Kak Nelly mulai memfasilitasi anak-anak membuat puisi.
“Yuk, adik-adik. Kita sekarang membuat puisi. Kata kuncinya adalah es krim!”
“Kalau adik-adik mendengar kata es krim, hal-hal apa saja yang terlintas?”
Lantas adik-adik peserta memberikan usulan berupa kata-kata yang berhubungan dengan es krim hingga mendapatkan puisi sebagai berikut.
Setelah puisi jadi, ada tiga anak yang dengan sukarela membacakannya. Termasuk Kirana.
Acara dilanjutkan dengan membuat es krim oleh Kak Malika. Namun, Kiran memilih untuk undur diri lebih awal, karena ingin bermain di taman.
Saya pun segera menghubungi istri saya yang sejak siang tadi sedang dalam perjalanan pulang. Sore itu kondisi lalu lintas cukup tersendat di daerah Puri Indah ke arah Cengkareng. Dia meminta saya untuk mempersiapkan makanan, sikat gigi, odol, dan masker untuk keperluannya dalam praktik malam nanti di rumah sakit yang lainnya.
Semangat, Bun!
Kalideres, 26 Maret 2022