MENDADAK LAHIRAN (1/2)

Berdasarkan kisah nyata.

Pukul empat sore. Tepatnya hari Sabtu 30 Oktober 2021. Saya dan Kiran, anak perempuan saya yang berusia lima, sedang bermain bulutangkis di depan rumah.

202

Oleh: Bernardus Ari Kuncoro

Berdasarkan kisah nyata.

Pukul empat sore. Tepatnya hari Sabtu, 30 Oktober 2021. Saya dan Kiran, anak perempuan saya yang berusia lima, sedang bermain bulutangkis di depan rumah.

Tetangga saya, Pak Riyan, yang tinggal persis di sebelah kanan rumah kami tiba-tiba keluar dan panik.

“Ri, kira-kira ada bidan yang bisa dipanggil nggak, ya?” Tanya Pak Riyan.

“Kenapa, Pak?” Balas saya.

“Ini, pembantu gue lahiran di kamar. Udah keluar bayinya,” jawabnya.

Saya berpikir keras. Mengambil memori kontak dalam otak, terutama siapa teman-teman dokter terdekat yang saya bisa mintakan tolong.

Dulu saat saya di Filipina, lumayan sering main bareng dokter-dokter yang sedang belajar jadi dokter spesialis. Sehingga, bisa dimintai tolong saat darurat seperti ini .

Lantas saya masuk ke dalam rumah, untuk bertanya kepada istri saya, yang notabene seorang dokter mata.

“Beib, itu pembantu tetangga Pak Riyan lahiran. Gimana ya baiknya?” Tanya saya

“Ya mending langsung dibawa ke rumah sakit aja, to.” Jawabnya langsung

“Lha, wes lahiran ki. Piye? Pak Riyan bingung cara antarnya. Gimana kalau kamu telepon Irene?”

Irene adalah teman baik kami, seorang dokter kandungan di rumah sakit terdekat.

Sementara istri saya bilang. “Tak coba dulu ya. Jarang ngadep HP, si Irene.”

Benar, Irene urung menjawab.

Hmmm…. “Apa aku telpon dokter Johnny, ya?” Tanya saya.

Dokter Johnny adalah dokter anak langganan kami, yang juga tinggal dekat dengan area kami tinggal.

“Ya, bener. Telepon aja, Beb!” Jawab istri saya.

Bersambung.

Wanna support me?

Follow by Email
LinkedIn
Share