Hari Minggu sebelum subuh. Tepatnya pukul 3:15. Penghujung bulan Juli. Saya bangun tidur untuk mengantarkan kedua kakak ipar saya ke Bandara Soekarno Hatta. Mereka akan terbang ke Singapura dengan jadwal penerbangan pukul 7 pagi. Saya janji menjemput mereka pukul 4 dari tempat mertua.
Segera setelah itu, saya sempatkan untuk membuat bahan kuis bagi anak-anak Bina Iman Anak (BIA) St. Monica. Pukul 10 saya diberi tugas sebagai Pembina Pendamping. Adapun perikop yang diambil adalah Lukas 12:13-31. Tentang Orang Kaya yang Bodoh.
Kuis sudah saya persiapkan. Pukul 4 saya bergegas berangkat. Saya kendarai sedan City putih.
Suasana pagi masih sangat sepi. Gerbang-gerbang cluster perumahan tutup. Saya pilih jalan-jalan kecil yang tidak biasa. Intinya cari jalan yang terbuka.
Sepuluh menit kemudian, sesampai di rumah mertua, saya lihat kedua kakak ipar saya sudah siap di depan pintu. Setelah berpamitan, mereka memasukkan koper di dalam bagasi. Kami berangkat.
Meskipun kami tinggal relatif dekat dengan Bandara, saya pilih jalan tol. Menghindari jalan-jalan yang tertutup.
Saat kami sampai di gerbang keluar tol Cengkareng. Gerbang tol tidak bisa terbuka seperti biasa. Saldo kedua uang elektronik yang ada di dalam mobil kurang dari Rp 8000.
Well, apes.
Tidak ada cara lain selain saya turun dari mobil. Saya menyalakan lampu Hazard agar kendaraan antrean berikutnya paham.
Tidak tampak petugas sama sekali. Tidak kentara tempat untuk isi ulang uang elektronik. HP saya tidak mendukung fitur NFC. Satu-satunya jalan adalah dengan meminta tolong pengendara lain.
Perjuangan dimulai.
Kendaraan pertama. Tidak berhenti. Lewat saja.
Kendaraan kedua. Melambat. Membuka kaca. Lantas saya bertanya apakah ada dua emoney, dan saya boleh pinjam satu? Mereka bilang tidak ada. Lewat.
Kendaraan ketiga. Berhenti sebelum gerbang tol. Mau membuka kaca. Di dalam mobil ada dua orang. Keduanya tersenyum. Sang pengendara berkata, “Ini pakai aja, Mas.” Dia justru mempersilakan saya memakainya terlebih dahulu. Tetapi saya bilang, “Bapak saja dulu yang pakai, nanti baru saya.”
Setelah mobil mereka keluar gerbang, saya berikan uang kertas Rp 20 ribu dan pinjam e-money. Lalu saya keluar dari gerbang tol, mengembalikan kartu e-money mereka dan mendapatkan kembalian.
Ah, lega. Ada orang baik.
Saya berhasil sampai menuntaskan misi saya. Di Terminal 3 Soekarno Hatta pukul 04:45. Tidak ada drama atau persoalan yang berarti, selain yang barusan saya tulis di atas. Pulang dari bandara, saya pilih jalan non tol.
Meskipun kondisi jalan sangat tidak layak. Penuh lubang. Saya tetap bersyukur bisa melewati kejadian tersebut.
Apa pembelajaran dari ini semua?
- Jangan lupa isi saldo uang elektronik, terutama kalau mau masuk jalan tol.
- Saya bersyukur. Merasa terberkati, karena ada pengendara ketiga baik hati. Dia memberikan sedikit waktu dan meminjamkan uang elektroniknya.
Saya tidak bilang pengendara pertama dan kedua kurang baik. Pun sepenuhnya saya paham. Saya pasti dianggap ‘orang asing’ bagi pengendara pertama dan kedua.
Di akhir hari setelah berbagai aktivitas di hari tersebut, saya pun merenungkan Lukas 13:21. Apa maksud ini semua?
Ah, rasanya campur aduk. Seperti adonan kue yang dikocok dalam mixer.
Kalideres, 1 Agustus 2022.