Tantangan Menulis Hari ke-201
Oleh: Bernardus Ari Kuncoro
Empat tahun lalu ketika aku didaulat untuk memberikan training data oleh IYKRA, tidak terbersit sedikit pun bayangan bahwa keahlian kecerdasan artifisial ini akan nge-hype seperti sekarang. Rasanya senang sekaligus tertantang. Masa depan bidang ini makin cerah. Tambah banyak insan yang berminat agar keahlian mereka terbangun dan terasah. Talenta-talenta muda mulai bersemangat membara untuk menaklukkan permasalahan melalui teknologi dan data.
Meskipun begitu, pada 15 Februari 2021, Harian Kompas menulis prediksi mengejutkan. “Tahun 2030, Indonesia kekurangan talenta teknologi diperkirakan 9 juta orang.” Sumber ini berasal dari World Bank yang masuk di rilisan Geekhunter. Kalimat aslinya berbunyi demikian.
The World Bank estimates that between 2015 and 2030, there will be a shortage of 9 million skilled and semi-skilled ICT workers in Indonesia (WorldBank: Preparing ICT Skills for Digital Economy: Indonesia within the ASEAN context).
Tahukah Anda bahwa sembilan juta orang ini setara dengan dua kali jumlah Aparatur Sipil Negara pada 2020? Tidak main-main!
Beberapa perusahaan terdepan pun tidak mau menunggu lama-lama. Sebut saja GoJek, Tokopedia, BCA, Telkomsel, Dana, dll., mereka membuat pelatihan-pelatihan mandiri agar para talenta menyemai keahlian kecerdasan artifisial secara intensif. Hal ini dilakukan mengingat lulusan perguruan tinggi yang baru belum cukup mumpuni untuk bekerja dengan budaya yang agile dan adaptif.
Buat yang masih ragu untuk belajar bidang data. Nggak usah menunggu. Tak usah bimbang dan ragu. Tidak ada gunanya menunda-nunda atau mengulur-ulur waktu. Jadilah kreatif dan handal. Kembangkan talenta agar tidak terpental.
Masak kalah sama India?
Di setiap sudut kota besar di sana banyak ruko yang menyediakan sekolah koding, lho. Kata sebuah podcast di Inspigo. Artinya apa? Ya, ketertarikan penduduknya belajar teknologi cukup tinggi.
Indonesia bagaimana? Jangan sampai gigit jari.
Kalideres, 17 Februari 2021