GEMES, IH! PENGIN TAK CUBIT

Tantangan Menulis Hari Keenam – Batch Kedua

Oleh: Bernardus Ari Kuncoro

Tidak terasa sudah hampir 12 tahun saya bekerja. Sejak 2009 saya berkarir di dunia teknologi dengan berbagai macam kewajiban dan haknya. Staff bergaji level hampir sama dengan UMR pun pernah saya alami. Wajib on call 24×7 bagaikan tahanan kota pun pernah saya cicipi.

Saat itu teman-teman kuliah saya banyak yang bekerja di oil and gas company. Tidak bisa dipungkiri hal itu juga jadi impian saya, karena gaji gedhe. Namun akhirnya saya memilih menekuni di bidang teknologi. Simply karena kece dan keren. Hihi. Nggak juga deng, karena memang tidak diterima di Schlumberger. Saya diterima di Nokia Siemens Networks. Seru, overall. Bisa bekerja sambil jalan-jalan business trip gratis ke beberapa negara tetangga saat masih bujangan. Sampai dapat jodoh pula di sana.

Lambat laun, saya menyadari bahwa semakin senior seseorang, semakin dia diekspektasi untuk memenuhi tugas-tugas terkait kepemimpinan dan managerial. Lebih dari itu, mereka punya tanggung jawab menjaga motivasi tim. Bukan fokus pada pekerjaan yang kecil-kecil, dan membuatnya terhanyut dalam waktu yang panjang, yang sepertinya tidak berujung. Tahu bedanya menyerah dan harus berhenti.

Yang jadi soal adalah ketika seorang kolega atau bos yang makin senior, tetapi makin tinggi hati. Nilai humility nya hancur. Merasa tahu segalanya. Dia seenaknya saja mengatur-atur. Tanpa mempertimbangkan perasaan pribadi yang ‘diatur’. Tidak carefully take care of others. Main terima tugas dari klien untuk dilimpahkan, karena merasa bukan bidangnya, padahal dia bilang dia banyak tahu. Dengan gampangnya menyusun jadwal, mengubah-ubah waktu meeting tanpa kejelasan. Itu yang saya gemes kalau nemu bos atau kolega seperti itu. Pengin tak cubit. Habis itu good bye. Hihi.

Kalideres, 5 April 2021

Wanna support me?

Follow by Email
LinkedIn
Share