arikuncoro
January 15, 2021
Tantangan Menulis Hari ke-168
Oleh: Bernardus Ari Kuncoro
Sudah hampir enam tahun kamar mandi di rumahku terpasang serangkaian kata. Bunyinya begini. “A cheerful heart is a good medicine. But a crush spirit dries the bone.” Proverbs 17:22. Kurang lebih artinya adalah “Hati yang gembira adalah obat yang mujarab. Tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” Amsal 17:22. Sebuah kalimat yang aku percaya menjadi bagian terpenting dalam setiap perkataan maupun perbuatan setiap orang yang memiliki kedewasaan dalam iman.
Mengapa aku pasang di kamar mandi? Biar ingat, setiap kali ke bilik itu aku mesti sadar bahwa obat yang terbaik adalah hati yang penuh dengan sukacita. Bukan obat-obatan eksternal yang mahal-mahal.
Dulu, tepatnya dua puluh lima tahun silam. Aku mendapatkan tugas oleh orang tua membukakan gorden setiap matahari menyingsing. Menyapu halaman saat sore hari. Atau mencuci piring sendiri. Suatu ketika aku mbesengut alias menggerutu ketika diingatkan untuk melakukannya. Tidak ingat persisnya, tetapi kurang lebih aku lupa mengerjakannya dan teralihkan dari kegiatan lain yang lebih asyik.
Dari kejadian itu, aku mendapatkan nasihat. Jika ada yang memintamu mengerjakan tugas dan kamu melakukannya dengan gerutu atau tidak senang. Tidak ikhlas. Yang memberimu pekerjaan akan berpikir ulang untuk mempekerjakanmu lagi. Ada rasa takut pekerjaanmu tidak selesai atau menyakiti hatimu.
Nasihat itu aku ingat sampai saat ini. Dan, memang benar. Posisinya aku sering mendelegasikan tugas. Ada rasa was-was apabila diberikan kepada yang tidak cocok. Tidak memiliki rasa sukacita dengan apa yang dia kerjakan. Jadinya? Kebanyakan dikerjakan dengan suka-suka. Hasilnya juga manasuka. Kadang miris dengan effort review yang mesti dilakukan.
Ah, sudahlah. Yang sudah ya sudah. Cukup asal tahu saja. Maafkan dan lepaskan. Seperti lagunya Frozen berjudul Let it Go yang sangat disukai anakku.
The cold never bother me anyway….
Kalideres, 15 Januari 2021
